Mana yang Terbaik? Terapi Validasi vs Orientasi Realitas dalam Demensia

Apa cara terbaik untuk menanggapi seseorang dengan Alzheimer atau jenis lain demensia jika dia cemas dan berteriak untuk ibunya yang meninggal beberapa tahun yang lalu? Jawaban singkat tetapi benar adalah bahwa hal itu tergantung pada individu - tahap mana penyakit Alzheimer yang ia jalani, pendekatan apa yang biasanya membantu meyakinkannya, dan seberapa banyak kesusahan yang ia alami.

The Theories

Jawaban yang lebih panjang mencakup diskusi tentang beberapa teori: orientasi realitas dan terapi validasi . Secara historis, orientasi realitas telah cukup dogmatis tentang terus-menerus mengingatkan orang bahwa dia berusia 89 tahun dan bahwa ibunya meninggal 20 tahun yang lalu. Alasan dengan pendekatan ini adalah bahwa sering mengingatkan orang tentang realitas bermanfaat bagi fungsi kognitifnya. Diharapkan bahwa pendekatan ini dapat melatih ingatannya dan membuatnya tetap berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi.

Namun, terapi validasi lebih menekankan pada perasaan dan pikiran yang mungkin di balik perilaku orang tersebut, dan bukannya mencoba memaksanya untuk berada dalam realitas kita, itu menunjukkan bahwa kita bergabung dengan orang dalam realitasnya. Terapi validasi akan merekomendasikan bahwa kita menanyakan pertanyaan-pertanyaannya tentang ibunya, seperti apa yang paling ia rindukan tentang ibunya dan resep makan malam ibunya adalah favoritnya.

Yang mana untuk digunakan?

Jadi, mana pendekatan terbaik dan paling membantu? Dan, apa yang dikatakan oleh penelitian? Pendulum telah berayun dari orientasi realitas ke terapi validasi dan sedikit lebih mundur ke arah orientasi realitas yang lebih lembut. Pada akhirnya, tidak ada "satu ukuran cocok untuk semua" untuk menanggapi kebingungan orang.

Namun, ada beberapa panduan yang biasanya tetap konstan tentang cara berbicara dengan orang yang mengalami demensia , seperti menanggapi dengan tulus dan belas kasih.